SATIR TINTA PEDAS: Kalau Cuma Bisa Nulis Buat Meremehkan, Lebih Baik Nulis Surat Pengunduran Diri dari Kesombongan “Mak Tao Dhika”

 
Arjunanewsmultimedia.com – Di sebuah sudut dunia maya, seseorang yang terlalu sering menulis akhirnya kelepasan: ia mulai percaya bahwa menulis banyak sama dengan menulis hebat. Lebih parahnya lagi, ia mulai merasa bahwa orang yang tidak menulis itu bodoh, gagal, atau belum tercerahkan.
 
Lucu, ya? Seolah kemampuan merangkai kata adalah satu-satunya validasi kehidupan intelektual, dan siapa pun yang diam atau memilih tidak menulis—secara otomatis ditempatkan dalam kotak “tidak mampu berpikir”.
 
Padahal bisa jadi, orang yang diam itu sudah terlalu kenyang menyaksikan parade tulisan-tulisan sok agung yang isinya cuma sisa-sisa keangkuhan. Diksi tinggi, tapi niatnya rendah. Kalimat panjang, tapi isinya pendek: hanya untuk menyombongkan diri.
 
Menulis bukan ajang cuci otak publik agar mengakui superioritasmu. Tapi entah kenapa, ada sekelompok manusia yang menjadikan tulisan sebagai panggung ego—bukan untuk menyampaikan gagasan, tapi untuk menempatkan orang lain di bawah sepatu batik sastra mereka.
 
Kamu tahu jenis penulis ini. Mereka sering menyelipkan kalimat seperti, “Tulisan saya mungkin terlalu berat buat yang belum terbiasa membaca…” atau “Coba kamu banyak-banyak baca dulu sebelum komentar.”
Kita paham: ini bukan edukasi, ini ejekan yang diselubungi parfum buku.
 
Mereka yang merendahkan orang lain karena “tidak bisa menulis”, sebenarnya sedang membuka jendela egonya sendiri. Karena sesungguhnya, orang hebat tidak sibuk menertawakan yang diam — mereka justru tahu diam itu kadang lebih dalam dari seribu metafora.
 
(Foto: Penulis, Asis Chemoth anggota Arjuna News Multimedia. Red)
Kepada mereka yang JUMAWA:
 
Mungkin kamu menulis tiap hari. Tapi kalau isinya cuma salin ulang pujian untuk dirimu sendiri, itu bukan tulisan. Itu monolog narsistik.
 
Mungkin kamu punya banyak pembaca. Tapi pembaca bukan jaminan bahwa tulisanmu bernilai. Lihat saja betapa viralnya chat grup keluarga — ramai, tapi tidak semua layak diabadikan.
 
Dan mungkin, kamu bangga karena banyak yang mengagumi tulisanmu. Tapi hati-hati: kadang yang memuji itu cuma ingin cepat-cepat kamu berhenti bicara.
 
 
Jangan salah: banyak orang tidak menulis bukan karena tidak bisa Tape karna busen “MAK TAO DHIKA” mereka muak melihat tulisan yang dipakai buat nindas, bukan untuk mengangkat.
 
Jadi, sebelum kamu merasa paling hebat karena mampu menulis: Coba cek dulu, apakah tulisanmu sedang membuka pikiran…
Atau justru sedang menutup mulut orang lain?
 
Catatan akhir :
Kalau tulisanmu adalah cermin, pastikan kamu berani lihat ke dalamnya tanpa perlu pakai topeng. “MAK TAO DHIKA”
 
 “Ketik Tapi Ketek:
Ketika Tulisan Lebih Bau dari Niatnya”. (Asis Chemoth/Red)
Related posts
Tutup
Tutup