Mas Rio: Pentingnya Mengangkat Potensi Lokal Melalui Batik, Motif Maronggi Jadi Ciri Khas Situbondo

(Foto: Mas Rio: Pentingnya Mengangkat Potensi Lokal Melalui Batik, Motif Maronggi Jado Ciri Khas Situbondo. Red)
 
Situbondo | Arjunanewsmultimedia.com – Fashion & Design Batik Competition Dermaga Panarukan “Casual Streetwear-Batik Dalam Siluet Modern” yang digelar di dermaga lama Panarukan, Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur mendapat perhatian oleh Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo atau yang dikenal sapaan akrabnya Mas Rio. 
 
Mas Rio meninjau langsung kegiatan tersebut dengan menikmati sunset Dermaga Panarukan Lama. Festival tersebut menampilkan berbagai kegiatan, mulai dari lomba fashion batik, lomba desain batik, hingga lomba cipta motif batik khas Situbondo. Sabtu, (23/08/2025).
 

Mas Rio dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa, pentingnya mengangkat potensi lokal melalui batik, salah satunya motif maronggi atau daun kelor (moringa)
 
“Kenapa kita perkenalkan maronggi? Karena selama ini dianggap tidak keren, bahkan identik dengan kemiskinan. Padahal di luar negeri, seperti di Perancis, moringa justru menjadi konsumsi yang sangat mahal”, ujarnya.
 
“Di Situbondo, maronggi tumbuh di mana-mana dan sudah menjadi makanan sehari-hari. Itu yang kita angkat, termasuk dalam motif batik”, sambung Mas Rio.
 
Menurut Mas Rio, pada festival kali ini, lomba cipta batik menampilkan kreativitas peserta dalam melukis motif maronggi yang dipadukan dengan ciri khas Kabupaten Situbondo.
 
Untuk peluang usaha, ia optimistis batik maronggi memiliki nilai jual tinggi sebagai produk identitas lokal (Ciri Khas Kabupaten Situbondo).
 
“Batik maronggi ini punya unique selling point. Tinggal bagaimana kita mempromosikannya dan siapa yang menjadi ambasadornya. Saya yakin peluangnya besar”, ungkapnya.
 

Mas Rio menambahkan, “Bahkan untuk konsumsi masyarakat Situbondo sendiri saya kira tidak akan mencukupi kalau kita dorong dengan kebijakan serius, apalagi kalau dipromosikan keluar daerah”.
 
“Dermaga ini dulunya merupakan pelabuhan internasional pada masa kolonial dan dikenal sebagai titik akhir jalur legendaris Anyer–Panarukan. Dan ini sarat nilai sejarah. Kita ingin hidupkan kembali kejayaan Panarukan”, pungkasnya. (Bujiono/Red)
Related posts
Tutup
Tutup