Situbondo | Arjunanewsmultimedia.com – Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Cabang Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur menggelar acara laporan pertanggungjawaban Tahun Anggaran 2024 -2025.
Dalam kegiatan rutinan setiap tahun ini dihadiri oleh peserta sebanyak 65 (enam puluh lima) dari tiap-tiap perwakilan koordinator desa. Bertempat di Aula BP Pabrik Gula (PG) Asembagus pada hari Minggu, (22/06/2025).
Dari beberapa rincian tentang kegiatan, capaian dan penggunaan sumber daya yang dilakukan oleh pengurus APTR Cabang Asembagus. Salah satu poin penting yang dibahas dalam laporan pertanggungjawaban adalah harga tebu yang tidak sesuai dengan harapan petani dan juga pembiayaan organisasi menurut dari beberapa peserta.
Herman Fauzi salah satu pengurus APTR menerangkan, adapun tiga faktor yang mempengaruhi terkait dengan harga tebu, yakni:
- Pertama : keadaan cuaca akibat kemarau basah, intensitas hujan masih tinggi sehingga mempengaruhi rendemen tebu.
- Kedua : produksi pabrik gula di malang bahannya mengunakan gula mentah yang di ekspor dari japan dengan harga cukup murah. Sehingga gula di pasaran over kapasitas sehingga petani tebu menjadi korban dari produk impor.
- Ketiga : ketidak stabilan harga di karenakan pasokan tebu masih di bawah empat puluh ribu ton, harga akan stabil apabila tebu yang masuk ke pabrik di atas empat puluh ribu ton.
Hal senada disampaikan oleh Ketua APTR Asembagus, H. Anggi Firmansyah, Petani tebu tetap memegang prinsip MBS (Manis Bersih Segar) kalau prinsip tersebut terpenuhi maka standarisasi rendemen yang dihasilkan tetap terjaga dan tidak menurun.
Lanjut orang nomor satu di APTR, dari beberapa aspirasi petani tebu yang tidak mungkin bisa diselesaikan antara SGN dengan Petani Tebu. Salah satunya terkait dengan harga, saya akan berangkat ke Istana menemui Presiden Prabowo Subianto dalam acara Ketahanan Pangan Nasional.
“Hal ini untuk menyampaikan aspirasi baik dari kalangan petani maupun dari pihak management Pabrik Gula PG. Asembagus”, pungkasnya. (Ktr/Red)